Senin, 20 Juni 2011

Tangan Yang Ramah


Bila aku dicintai,
mengapakah aku demikian sedih?

Tidakkah aku pantas bagi sedikit perhatian?

Kurang kah yang kurang pada ku,
sehingga aku harus memamerkan kekurangan ku,
untuk mengundang kasih sayang?

Masih kurang letih kah aku dalam penantian ku,
sehingga aku masih diminta menunggu?

Tidakkah aku berhak bagi sedikit kasih sayang?

Demikian terpinggirkan kah aku,
sehingga aku tidak terhitung?
Demikian salah kah aku,
sehingga aku pantas bagi pelupaan?

Lalu, siapa kah yang menyayangi ku?
Siapa kah yang akan memeluk ku?

Tidakkah mereka merasakan
pahitnya kesendirian ku yang senyap ini?

Aku tidak tahu mengapa aku menangis,
tetapi ke mana lagi aku bersandar
bila bukan kepada tangis ku?

Oh, tangan yang ramah …

Seandainya ini bukan hanya rasa yang kurindukan.
Lembutnya rasa telapak tangan
yang penuh kasih
menyentuh pipi ku yang yatim.
Bibir ku akan mengejarnya,
seperti mulut bayi yang haus.
Kudekap tangan itu,
kuciumi harum keramahannya.
Dan nafas ku bertanga-tangga
melalui bibir yang tak mampu terkatup –
meratapkan rasa syukur ke langit
untuk dia yang menemukan ku
dalam kesedihan kesendirian ku.

Seandainya ada orang di luar sana
yang hatinya penyayang.

Seandainya dia menemukan ku.

Dia pasti akan duduk dekat-dekat bersama ku.
Senyumnya yang ramah
mengijinkan aku untuk menangis haru.
Wajahnya yang mengerti,
mengubah pedih tangis ku
menjadi sejuknya sentuhan sutra
yang ditenun dari wangi melati.
Sesengguk tangis ku
menumpahkan semua sedih ku,
berserakan di antara kaki ku yang bisu tertidur.

Melolong aku dalam tangis ku,
bukan lagi karena kepedihan,
tetapi karena aku menikmati
bahwa tangisan orang yang menemukan kasih sayang
adalah tangisan yang berbahagia.

Aah … betapa tipisnya pemisah
antara tangis yang melukai dan tangis yang mengobati.

Aku baru hanya membayangkan kasih sayang,
tetapi pengertian itu telah mulai mewajarkan pedih ku,
karena mungkin saja
tangan yang ramah itu
sedang lebih bersedih daripada aku;

tetapi ini yang kuyakini sekarang,

bila dia bisa menyebabkan pengertian baik ku
dan menyebabkan aku menemukan pengobatan
dalam diriku sendiri untuk kepedihan ku,
dia tidak mungkin dibiarkan lama termangu
di dalam kepedihannya sendiri.

Tetapi, untuk pribadi seperti itu,
bahkan mungkin kepedihannya adalah kebahagiaannya,
karena dengan pedih hatinya –
dia mengerti betapa hati yang sedang bersedih –
membutuhkan uluran tangan yang ramah.

Oh …, sekarang aku mengerti …

Baru membayangkan saja –
bahwa ada tangan yang mengulur ramah kepada ku,
aku telah terangkat dari kesedihan ku,
tanpa betul-betul diangkat.

Aku lebih damai.

Ternyata,
aku bisa tetap merasa damai di atas semua kekurangan,
kelemahan, dan keterpinggiran ku..

Suka dengan postingan ini.?

Ditulis Oleh : asdharsyaputra di label

Artikel Tangan Yang Ramah ini ditulis oleh asdharsyaputra pada hari Senin, 20 Juni 2011. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang Tangan Yang Ramah dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini. Dan jangan lupa di like yea kawan. Terima Kasih...

Di Like Dulu Gan Sebelum Pergi..!!
Kritik Dan Saran Sobat Sangat Membantu Blog ini Dalam Menulis Artikel Berikutnya
0 Comments
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kata Sambutan..

Salam Blogger | Senang rasanya sobat blogger sudah bersedia singgah disini. semoga saja kalian bisa mendapatkan apa yang kalian butuhkan diblog saya ini. Terima kasih Telah Berkunjung Di Blog Aq,apabila berkenan silahkan berkomentar dan follow blog saya,mari kita saling berbagi ilmu tentang apa saja Guys...

Sekilas tentang penulis..

Nama : Asdhar Syaputra
Panggilan : Asdhar
Alamat : kota Gorontalo (indonesia)
Dari : Sulawesi selatan (Sengkang)
Kelahiran : 05/10/1989
Pekerjaan : Belum ada
Status : Jomblo

Navigasi

Info